Alfred “Al” Münzer lahir pada 23 November 1941 di Den Haag, Belanda. Dia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara dengan ayah bernama Simcha (Siegfried) dan ibu bernama Gisele (Gitla) Münzer (kadang-kadang dieja Minzer). Simcha memiliki usaha menjahit pakaian pria sedangkan Gisele tinggal di rumah menjaga Alfred dan kedua kakak perempuannya, Eva dan Leah (Liane).
Ketika Alfred lahir, Belanda telah diduduki oleh Nazi Jerman. Nazi menerapkan pembatasan anti-Yahudi yang semakin membahayakan kehidupan warga Yahudi di Belanda. Jerman mulai melakukan deportasi massal dari Belanda ke pusat-pusat pembantaian pada Juli 1942. Simcha diperintahkan untuk melapor ke kamp kerja paksa Jerman tetapi dia berhasil menghindari perintah tersebut dengan mendatangi rumah sakit untuk menjalani operasi hernia yang telah lama tertunda. Pada bulan September, situasinya semakin memaksa seluruh keluarga ini untuk bersembunyi. Simcha memalsukan upaya bunuh diri agar bisa masuk ke Ramaerkliniek, sebuah rumah sakit jiwa di Den Haag. Sementara itu, Gisele menjual harta milik keluarga dan menitipkan anak-anaknya pada teman dan tetangga sebelum bergabung dengan Simcha di rumah sakit sebagai asisten perawat.
Eva dan Leah awalnya tinggal bersama dua orang kakak beradik, Jo dan Ko van Leeuwen, yang tinggal bersebelahan dengan keluarga Münzer. Sekitar setahun kemudian, kedua anak perempuan itu dipindahkan ke rumah perempuan lain, Roza Marie (Rosalia) Mazurowski. Namun pada awal 1944, suami perempuan itu diduga melaporkan dia dan kedua anak perempuan tersebut kepada pihak berwenang. Ketiganya pun ditangkap. Roza Marie ditahan di penjara Scheveningen, yang dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai Oranjehotel. Kedua anak perempuan itu kemudian dikirim ke kamp transit Westerbork. Pada 8 Februari 1944, Eva yang berusia tujuh tahun dan Leah yang berusia lima tahun dideportasi ke Auschwitz. Elische (Emil) Münzer, adik bungsu Simcha, kebetulan berada dalam angkutan transportasi yang sama. Mereka tiba di Auschwitz-Birkenau dua hari kemudian dan kemungkinan dibantai di kamar gas tak lama setibanya di sana. Seusai perang, Al mengetahui dari dokumentasi Palang Merah bahwa Eva dan Leah tewas di Auschwitz pada 11 Februari. Pada 6 Juni 1944, Roza Marie, yang dulu menyembunyikan kedua anak perempuan itu, dikirim ke kamp konsentrasi Vught, kemudian ke kamp konsentrasi Ravensbrück dan akhirnya dibebaskan. Alfred dirawat oleh seorang teman keluarga dan tetangga bernama Annie Madna, yang menempatkan Alfred bersama saudara perempuannya, Jorina Polak. Namun, setelah tiga minggu Jorina pun merasa tidak aman untuk mempertahankannya karena tetangganya yang merupakan kolaborator Nazi. Annie kemudian menitipkan Alfred pada mantan suaminya, Tolé, seorang warga asli Indonesia. Selama tiga tahun berikutnya Alfred tinggal di rumah Tolé dan diurus oleh asisten rumah tangga Muslim mereka, Mima Saïna, yang menjadi ibu penggantinya. Keluarga Madna memperlakukan Alfred seperti anak sendiri, tetapi dia tidak diizinkan keluar dari rumah karena takut ada orang yang melihatnya dan menjadi curiga. Dia ingat pernah bersembunyi di ruang bawah tanah ketika aparat Jerman mendatangi rumah itu. Terlepas dari perbedaan penampilan fisik mereka, Alfred yang berambut pirang dan bermata biru tidak merasa berbeda dari anggota keluarga Indonesia-Belandanya. Pada 31 Desember 1942, polisi Jerman melakukan penggerebekan di Ramaerkliniek, tempat orang tua Al dan yang lainnya bersembunyi. Orang tua Alfred ditangkap dan dideportasi, awalnya ke Westerbork dan kemudian ke Vught. Pada Maret 1944, Simcha dikirim kembali ke Westerbork dan dari sana dia dideportasi ke Auschwitz, di mana dia terdaftar sebagai tahanan dengan nomor 175442. Pada Januari 1945 Simcha dikirim ke kamp konsentrasi Mauthausen dan sejumlah kamp lainnya sebelum dibebaskan di Ebensee. Dia meninggal dua bulan kemudian di sebuah biara tak jauh dari situ tempat dia menerima perawatan medis. Setelah transfer Simcha, Gisele tetap tinggal di Vught, di mana dia menjadi bagian dari kelompok kerja yang disebut komando Philips. Kelompok ini bekerja untuk sebuah pabrik yang dijalankan oleh perusahaan elektronik Philips. Harapannya adalah spesialisasi ini akan melindungi mereka dari deportasi. Namun, pada Juni 1944, para tahanan komando Philips dideportasi ke Auschwitz. Banyak dari mereka, termasuk Gisele, yang kemudian dikirim ke Reichenbach, subkamp Gross Rosen. Di Reichenbach, Gisele dan warga Yahudi Belanda lainnya dari komando Philips bekerja di salah satu pabrik Telefunken yang berada tak jauh dari situ. Dia dikirim ke serangkaian kamp lain, dan berakhir di subkamp kamp konsentrasi Neuengamme di Jerman utara. Pada musim semi 1945, Gisele akhirnya dibebaskan di perbatasan antara Jerman dan Denmark pada musim semi 1945 dan dievakuasi ke Swedia. Pada bulan Juli dia pun dipulangkan ke Belanda. Ketika Gisele kembali dan bertemu dengan Alfred, Alfred yang dulu berumur tiga setengah tahun tidak lagi mengenalnya. Untuk memudahkan transisi, Gisele meminta ibu pengganti Alfred, Mima, untuk terus merawatnya. Namun, beberapa bulan kemudian Mima pun meninggal dunia. Ketika Alfred berusia enam tahun, ibunya membuka toko kosmetik di Belanda. Pada 1952, mereka pindah ke Belgia dan tinggal di sana sampai mereka berimigrasi ke Amerika Serikat pada 1958. Hari ini, Alfred pensiun dari pekerjaannya sebagai internis dan pulmonologis dan menetap di Washington, DC. Dia masih menjalin hubungan erat dengan anak dan cucu Tolé. Pada 2003, Tolé Madna dan Mima Saïna diangkat oleh Yad Vashem sebagai Orang-orang yang Bertindak Benar dari Bangsa-bangsa Dunia (Righteous Among the Nations).